Minggu, 24 April 2016
Visualisasi Mimpi
Sebuah Mimpi seorang manusia biasa, yang percaya bahwa keterbatasan yang ia miliki tidak akan menjadi penghalang dalam mewujudkan mimpi-mimpi besarnya.
Sabtu, 23 April 2016
Anak Kecilnya Bapak Ibu
Birrul Walidain, atau lebih akrab dengan kata berbuat baik terhadap orang tua.
Masih ingat dulu, bagaimana Bapak dan Ibu dengan sabarnya mengajarkan ke bocah ini belajar membaca.
"B-A ba T-A ta. dibaca?" tanya Bapak dan Ibu bergantian.
"TATA." jawabku salah sekaligus lantang.
Masih ingat dulu, ketika Bapak dan Ibu menghadapi masalah besar karena usahanya mengalami gulung tikar. Sedangkan aku tetaplah menjadi anak nakal, minta mainan atau apapun harus terpenuhi.
"Bapak tumbas itu... Bapak mau itu juga... yang itu juga?" rengenganku, dan beliau tetap membelikan apa yang ku mau.
" Shel, kamu tahu anak penjual kacang itu? Tadi dia juga minta mainan ke bapaknya, terus apa yang dilakukan bapak anak itu? tanya Bapak kepada ku, aku pun menggeleng karena tidak tahu kelanjutan ceritanya.
"Bapak itu malah mukulin anaknya, udah ga dibeliin mainan terus dipukulin lagi, kasian ya?"
"Iya... Dipukulinnya kaya gimana pak? tanyaku polos. Kemudian, Bapak menaruh tangan kirinya di lenganku, kemudian tangan kanannya untuk mencontohkan pukulan itu. Aku tidak kesakitan sama sekali karena ada penghadang tangan kiri bapak di lenganku.
Masih ingat dulu, ketika aku menangis dimarahi ibu karena setiap hari Senin harus mencarikan topi dan dasi untuk upacara. Ibu ga pernah malu untuk minta maaf karena sudah memarahi anaknya. Padahal, itu karena kesalahanku. Bahkan, tidak jarang ada bonusnya, seperti rencana tamasya di hari minggunya. hehhe
Pernah suatu ketika aku menelpon mereka, hanya untuk mengucapkan "Maaf, Shela sering merepotkan bapak ibu?" Mereka hanya bilang "kalau kamu merepotkan orang lain, justru Bapak Ibu yang repot nduk. Ga boleh kaya gitu, Bapak dan Ibu kerja keras itu buat anak-anaknya, Bapak Ibu bisa nuruti apa yang menjadi kemauan anaknya itu sudah bahagia. Tugas mu nduk, belajar supaya besok bisa jadi anak yang bisa bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara." ucap ibu menasihati. Mendengar nasihat ibu, semakin menjadi lah tangisanku waktu itu.
Aku dibesarkan dengan kasih sayang bukan berarti aku harus menjadi seorang yang lemah. Melihat lika-liku yang sudah dilewati orangtuaku , telah mengajarkan banyak hal tentang perjuangan dan pengorbanan.
Janjiku kepada mereka, dimana pun kelak aku akan tinggal, anak mu ini akan selalu ada untukmu - bapak ibu, seperti engkau yang tidak pernah menghiraukan waktu hanya untuk menjenguk anakmu yang sudah bukan anak kecil lagi.
I promise anytime you call me
It don’t matter where I am
I’ll always be there, like you’ve been there
If you need me closer, I’ll be right over
I swear, I swear
Every time that I need you by my side
Every time I lose my way in life
You’re my circle of life, compass and guide
There behind me
And one day when the tables finally turn
And it’s me you’re depending on
I’ll put you first, hold you close
Like you taught me
Know that I’ll be there for you, for you
Having someone to go to
Having someone to love
Having both is a blessing
That was sent from above
Oh I know that wherever I’ll go
You’ll be forever in my heart
(Harris J- I promise)
Senin, 18 April 2016
Problematika Klasik para Pengemban Misi
Mahasiswa
merupakan miniatur dari sebuah pemerintahan.
Keduanya memiliki objek pertanggungjawaban atas amanah yang mereka bawa.
Perjuangan hak-hak untuk kepentingan pribadi seharusnya mereka kesampingkan.
Namun, siklus pergerakan yang ideal seperti itu apakah masih relevan di era
sekarang?
Trias
Politika, mengajarkan bagaimana suatu pemerintahan harus melakukan pemisahan kekuasaan,
melalui fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini pun diterapkan
dalam pergerakan dunia kampus. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memegang fungsi
eksekutif untuk melaksanakan peraturan yang dibuat oleh lembaga legislatif.
Kemudian, Senat Mahasiswa mengemban fungsi legislatif yang memiliki wewenang
untuk membuat peraturan serta mengawasi jalannya pemerintahan yang dijalankan
BEM. Sedangkan fungsi yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Mahasiswa sebagai
lembaga yang berwenang dalam ranah peradilan kampus.
Berbicara
mengenai pemerintahan dan pergerakan dunia kampus, selain keduanya sama-sama
memiliki pembagian kekuasaan yang ideal dalam konteks organisasi. Masing-masing
area tersebut pun masih berputar-putar dengan masalah penerapan “good governance”
dalam menjalankan setiap aktivitas mereka, khususnya terhadap prinsip
transparansi, dan akuntabilitas.
Prinsip
transparansi merupakan dasar bagi masyarakat untuk dapat percaya atau tidak kepada orang-orang
pengemban amanah. Hal ini biasanya di dukung dengan adanya sistem informasi
yang mudah untuk diakses oleh semua lapisan masyarakat, sehingga masyarakat
dapat meninjau aktivitas apa dan sejauh mana aktivitas memberikan manfaat bagi
mereka. Di lain sisi perlu diketahui bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya
tersusun atas satu lapisan saja, yang memiliki banyak kesamaan, akan tetapi
masyarakat Indonesia sangat heterogen, dengan berbagai budaya, suku, ras, dan
agama, termasuk dalam konteks standar pengetahuan. Jangankan perbedaan jenjang
pendidikan, kesadaran seseorang yang setingkat pun belum tentu sama. Sehingga,
prinsip transparansi ini membutuhkan aksi dan reaksi dari kedua belah pihak.
Prinsip
kedua yaitu akuntabilitas, prinsip ini memiliki erat kaitan dengan
pertanggungjelasan atas penggunaan dana masyarakat dalam membiayai semua
aktivitas organisasi. Meskipun kenyataannya terdapat laporan sebagai pertanggungjelasannya, namun
yang menjadi pertanyaan yaitu angka-angka yang tercantum. Apakah, itu benar
adanya ataukah hanya rekayasa? Sistem pengendalian internal dalam dua area ini
dapat dikategorikan memiliki kemampuan deteksi kecurangan yang rendah, misalnya
tindakan mark-up yang sering kali
lolos dari kualifikasi. Hal ini sebanding dengan indeks korupsi Indonesia yang
rendah, dan tertinggal jauh dari negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
Dari
beberapa persamaan di atas, ada satu hal perbedaan yang perlu digarisbawahi,
mahasiswa bergerak tanpa ada imbalan materi, yang mereka kenal yaitu berjuang,
melawan, dan berkorban. Memperjuangkan hak
mereka yang tertindas, melawan siapa saja yang telah bertindak di luar
jalur yang sesuai, serta mengkorbankan waktu, energi bahkan materi demi
rakyatnya. Berbeda dengan pemerintah yang waktu dan energinya akan diganti
dengan fasilitas negara yang sangat luar biasa mewahnya.
Mahasiswa
dengan tekad perjuangannya berteriak atas nama rakyat. Tanpa pamrih mengharap
balasan. Akankah kelak tergoyah ketika mengemban jabatan di ranah pemerintahan?
Melihat mereka yang sekarang di belakang jeruji koruptor, dulu pun pernah satu
baris dengan kita, para mahasiswa.
Minggu, 03 April 2016
I wanna Grow Old With You (#part1)
Video yang menggambarkan kesetian seseorang dalam menjalin hubungan, menerima apa adanya dari pasangan. Terlalu ideal,
Berada di usia transisi, remaja menuju dewasa, salah satu hal yang tergolong ke dalam pembicaraan sensitif yaitu "pernikahan", cet par. Bahkan lucunya, tidak jarang hal itu menjadi leluconan yang di anggap sangat lumrah.
Berada di usia transisi, remaja menuju dewasa, salah satu hal yang tergolong ke dalam pembicaraan sensitif yaitu "pernikahan", cet par. Bahkan lucunya, tidak jarang hal itu menjadi leluconan yang di anggap sangat lumrah.
Siapa pun kita, pernahkah merasakan dag-dig-dug saat berbicara dengan seseorang yang kita kagumi? Bahkan, saat bertemu seolah-olah diangggap takdir telah berpihak pada hatimu, padahal bisa jadi memang karena waktu dan tempat yang telah menjadi patokan dalam schedule harianmu, hahha. Padahal, dalam satu hari bisa jadi kita bertemu dengan ratusan orang, hanya saja ada nama seseorang yang lebih kita ingat dibandingkan nama-nama lainnya. Kalau sudah seperti itu bagaimana jika bukan dia yang akan membersamai waktu tua kita?
I wanna die lying in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be looking in your eyes
I wanna be there for you, sharing everything you do
.
bersambung . . . .Jumat, 01 April 2016
Usia Telah Berubah
((((20 Tahun)))), belum menjadi manusia yang berarti.
2 April 1996, pertama kali ibuk menahan sakitnya melahirkan, pertama kali bapak mengumandangkan adzan di dekat telinga anaknya, dan mungkin pertama kali pula bapak dan ibu tersenyum dan menangis bahagia yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan.
Kutahu kau berharap dalam doamu
Kutahu kau berjaga dalam langkahku
Kutahu s'lalu cinta dalam senyummu
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku
(Andai, aku telah dewasa, Sherina)
Rangkaian doa selalu mereka penjatkan, tidak pernah putus hingga kini anak pertamanya telah beranjak dewasa, ketulusan memberi yang tak pernah berharap pemberian kembali.
“Alloohummaghfirlii
waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.
“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku,
sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.
Langganan:
Postingan (Atom)