Kamis, 31 Maret 2016

(Bukan) Sebuah Inspirasi


Biar kurakit pesawatku
Rentangkan pelan dua sayapnya
Nyalakan sumbunya hingga terpercik api menari
Lepaskan pengaitnya relakan pergi ke arah bulan
-Pesawatku, Memes-
          Eittss, jangan tertipu!! Sebait penggalan lirik lagu “Pesawatku” yang dipopulerkan oleh Memes di atas bukan berarti gambaran dari kisahku ini. Hanya saja, merasa sedikit perlu hiburan di tengah-tengah berfikir keras mencari hal yang menginspirasi dari pribadi “remah-remah ciki”, (read : “Shela Nur Widyastuti”).
Hai, Assalamu’alaykum !! Namaku Shela, mahasiswa jurusan Akuntansi di salah satu universitas yang cukup terkenal di Indonesia, sebut saja Universitas Gadjah Mada. Menyandang status mahasiswa ibarat Lubuk Akal Tepian Ilmu, seseorang yang dianggap punya banyak ilmu pengetahuan. Status itu pun bisa menjadi Buah Simalakama,dualisme kondisi yang harus mereka pilih yaitu diam diri karena terlalu menikmati zona nyamannya atau bergerak dan  menjadi bagian dari sebuah perubahan.
Kita berjalan pada jalur yang sama, ada yang telah  berlari,  ada yang sudah berjalan, kemudian ada beberapa yang sedang bersiap sedia. Lantas aku, menertawakan diri sendiri karena masih disibukkan untuk “BERMIMPI” yaitu belajar melangkahkan kaki di jalur ini.
            Pernah mendengar tentang mitos mimpi-mimpi yang bisa menjadi nyata? Percayakah kita? Sebuah pertanyaan retorik sebenarnya jika konteksnya mimpi sebagai bunga tidur. Bagaimana dengan soundtrack film Laskar Pelanggi “ Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya”.  Sebuah gambaran bagaimana besarnya kekuatan mimpi bisa menjadi pelecut semangat kita untuk menggapainya.
.----.
            Takut untuk bermimpi, menjadi pengecut bagi diri sendiri. Sudah pasti, aku pernah merasakannya. Malu tidak tercapai, menghindari ejekan orang lain, atau hanya karena merasa rendah atas mimpi-mimpi yang terlalu tinggi. Semua itu hal yang lumrah dirasakan oleh sebagian besar orang yang tidak menyadari seberapa banyak mimpi-mimpinya yang telah tercapai.
            Hingga suatu titik dalam kekosongan, aku merasa bingung mengenai tujuan, untuk apa aku melakukan hal ini itu? Akankah memberikan manfaat? Ataukah hanya akan sia-sia? Kehidupan seperti mengalir begitu saja. Istilahnya kurang greget. Bangun-kuliah-Rapat-Tidur. Kemudian terulang kembali, dan aku menyadari bahwa aku seonggok daging yang tidak berarti.
.----.
            Di atas secarik kertas gambar ukuran A4, aku menuliskan beberapa harapanku. Kemudian, kertas itu ku tempelkan di dinding kamar kos, setiap menjelang tidur selalu ku pandang setiap barisnya, ku lanjutkan bermunajat kepada-Nya.
            Bukan plagiarisme atas kisah-kisah yang sering kita dengar. Aku membuktikan kisah-kisah sebelumnya. Harapan-harapan itu satu per satu ku coret, karena tercapai lebih cepat dari target. Bahkan melebihi apa yang sudah cukup bagiku.
            Ketika aku mentargetkan mendapatkan “1 beasiswa” dalam bulan yang sama aku mendapat pengumuman jika diterima oleh “2 beasiswa”  sekaligus. Ketika aku menargetkan indeks prestasi semester 3,92 aku mendapatkan lebih dari itu. Serta beberapa perlombaan yang aku tulis akan  mendapatkan juara maka Allah telah mengizinkan hal itu. Dan Dia telah mempermudahkanku untuk mencapai semua itu.  
            Dalam kertas itu aku menuliskan “International Conference”, dengan berbagai keterbatasanku dalam bahasa Inggris yang masih sangat standar, Allah berkehendak jika aku telah lolos menjadi peserta, meskipun hanya ke Jakarta. Akan tetapi, bercampur baur dengan mahasiswa dari berbagai negara telah memberikan pengalaman baru yang sebelumnya sangat jarang aku temui. Bahkan sahabat baru dari Kamboja, namanya Savana.
            Manusia pengejar Fully-Funded.Hingga saat ini, rasanya masih berat mengeluarkan uang pribadi untuk mengudara, naik pesawat. Tertanggal 19 Oktober 2015 merupakan pengalaman pertama kali ku menaiki pesawat. Jujur antusias, buka-buka buku petunjuk keselamatan, nonton film yang disediakan di layar dan tidak berhenti memandangi keindahan bumi pertiwi. Mengudara ke-empat kalinya, aku mendengar panggilan terakhir, berlari kencang dari Gate F ke E di Terminal 2F Bandara Soe-Ta, bahkan Sri Sultan Hamengku X yang seharusnya masuk pesawat terakhir, beliau telah berada di baris depanku. Hal ini menandakan bahwa aku adalah orang terakhir yang ditunggu, lebih tepatnya terlambat. Berbeda lagi dengan penerbangan ku untuk yang ke-enam kalinya, cuaca buruk, beberapa kali pesawat mengalami guncangan, dan pendaratan yang sama sekali tidak mulus. Keenam-enamnya penerbangan tersebut gratis begitu pula dengan fasilitas hotel berbintang lima yang selalu disediakan penyelenggara acara.
            What’s the next chapter?? Ceritaku berada di Negeri Sakura. Sedang berdo’a dan berusaha.
           



Rabu, 30 Maret 2016

INVESTASI MAHASISWA MANDIRI

“Mimpi Sejuta Dolar” Resolusi besar seorang motivator asal Indonesia, Marry Riana, saat ia masih menyandang status mahasiswa. Salah satu cara yang ia pilih untuk mencoba mencapai impian sejuta dolar tersebut yaitu dengan main saham. Meskipun, berakhir dengan kerugian sebesar 10.000 dolar.

Marry Riana, sebagai satu contoh dari sekian juta mahasiswa yang pernah merasakan jatuh bangun dalam dunia pialang saham. Saham tergolong sekuritas yang memiliki risiko relatif tinggi jika dibandingkan sekuritas lainnya. Sinyal hijau dan merah yang menunjukan pergerakkan harga saham sendiri pun tidak semerta-merta menjadi dasar bagi seorang pemegang saham untuk menjual sahamnya atau membeli saham baru, karena bisa jadi kenaikan harga saham diakibatkan aktivitas goreng-menggoreng saham, yang dikatakan sebagai permintaan semu.

Sesuai dengan prinsip high risk high return, tingginya risiko saham berbanding lurus dengan return ekspektasiannya. Oleh karena itu, meski berisiko, saham tetap menjadi primadona bagi risk taker. Tingginya risiko saham bisa diminimalisir melalui diversifikasi saham, yaitu melakukan portofolio atas sekuritas-sekuritas tunggal. Kegiatan ini dapat mengurangi risiko non-sistematis, sehingga risiko total yang akan ditanggung pemegang saham akan berkurang.

Investasi saham bisa menjadi pilihan bagi mahasiswa yang menuntut kemandirian kepada dirinya, tidak menggantungkan diri pada orangtua, serta mengumpulkan pundi-pundi sebagai bekal masa depannya.

Inkubator Aksi Nyata Mahasiswa

Kamu ini bangun pagi, mandi, pamit kerja, pakai seragam, kaki di bungus sepatu, berangkat pagi, pulang sore, bayaran ga seberapa, kerja apa dikerjain? Sebaris kalimat “Nyleneh” yang dikatakan oleh alm. Bob Sadino, namun cukup tepat untuk dipertanyakan.  Sekilas, kalimat tersebut sarat akan sindiran untuk para karyawan yang terikat dengan SOP kantor tempat mereka bekerja.Saat ini, Apakah kita menjadi bagian yang ikut menertawakan ataukah justru yang ditertawakan ketika memahami maksud sindiran tersebut?
Mahasiswa merupakan status paling nyaman untuk disandang. Bahkan, sering kali terjebak di zona nyamannya dan enggan keluar. Padahal, PR besar yang diemban oleh seorang mahasiswa selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yaitu ia harus memiliki kemampuan dari segi hardskill sekaligus segi softskill. Berbagai fasilitas pun disediakan untuk dijadikan inkubator ide kreatif mereka dalam mengembangkan dua sisi kemampuan tersebut.  Salah satu tempat yang paling tepat yaitu dengan menerjunkan mahasiswa ke permasalahan aktual yang akan mereka hadapi paska kampus, yaitu melalui membangun wirausaha atau saat ini lebih akrab kita sebut sebagai startup.
Sebagai contohnya, Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Kibar merintis sebuah program berupa pendampingan kepada mahasiswa yang berkeinginan untuk mendirikan bisnis baru. Program ini dinamai sebagai “Innovative Academy”. Tujuan dari program ini yaitu pemberdayan generasi muda untuk mencipkan pengusaha-pengusaha yang nantinya akan berkontribusi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik. Orientasi dari setiap bisnis yang dibangun pun tidak hanya pada keuntungan pribadi saja, akan tetapi bagaimana bisnis tersebut bisa berdampak positif terhadap masyarakat sekitar. Beberapa start-up yang merupakan output dari program ini antara lain : Calova, Hipstime, Galanggo, Lunasin,Barbekos, dan lain sebagainya.
Bahkan beberapa startup di atas murni berfokus pada tujuan sosial, misalnya Galanggo yang merupakan sebuat aplikasi crowd funding untuk orang-orang berkebutuhan khusus, Galanggo bertujuan untuk memfasilitasi para pengguna aplikasi ini turut serta menciptakan pengaruh dari sebuah proyek sosial. Sedangkan Baberkos yaitu tempat penyedia berbagai kebutuhan kos. Target dari bisnis ini yaitu mahasiswa baru yang hendak membeli peralatan kos serta fresh graduate yang hendak menjual barang bekas miliknya.  
Bisnis startup di atas, semuanya menggunakan platform online. Pemanfaatan media internet ini menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan dari bisnis startup. Hal ini terkait dengan potensi e-commerce yang masih besar untuk dikembangkan di Indonesia, karena masih banyak ranah e-commerce yang belum digali lebih luas. Bahkan, jumlah e-commerce hanya sekitar 1% dari total industri retail. Sehingga, kombinasi antara startup dengan nilai-nilai kreativitas mahasiswa dan e-commerce yang tidak asing bagi generasi muda saat ini, akan menjadi kolaborasi yang menjajikan bagi keberlanjutan bisnis ini.

Terjadinya pergeseran budaya di kalangan mahasiswa, dimana pada tempo dulu dengan cara aksi turun ke jalan dan sekarang menjadi melakukan aksi nyata dengan cara menuangkan kreativitas ke dalam berbagai bisnis start-up. Namun, baik dulu maupun sekarang, idealisme mahasiswa tetap satu yaitu “seberapa besar dampak aksi kita ke masyarakat luas”.

Tulisan pertamaku, dan terbit di Sindo Poros Mahasiswa, Tertanggal : 15 Maret 2016