Minggu, 30 Oktober 2016

Sistem Vs Oknum Penegak Hukum Indonesia



Indonesia diberikan wasiat oleh para leluhurnya agar menjadikan hukum sebagai landasan aturan main kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini telah tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 bahwa “Negara Indonesia adalah negara hukum”. Akan tetapi pada realitanya, hukum di negara ini seringkali disepelekan, tidak terkecuali oleh para penegaknya.
Beberapa tahun silam, tepatnya tahun 2009, masyarakat Indonesia dikejutkan dengan kisah seorang Nenek yang mendapatkan vonis hukuman selama 1 bulan 15 hari dengan masa percobaan 3 bulan setelah dinyatakan mencuri 3 buah kakao milik PT Rumpun Sari Antan. Sedangkan. ketika para petinggi negeri ini menyebabkan kerugian terhadap negara hingga milyaran rupiah dengan melakukan tindak korupsi, kemudian hakim mengetukkan palu dan menyatakan hukuman penjara, namun kenyataannya mereka masih wira-wiri wisata hingga ke manca negara.
Hukum sebagai jalan untuk mencari keadilan, justru seringkali dilecehkan melalui kebijaksanaan-kebijaksaan yang sudah terpengaruh oleh kepentingan dan kekuasaan subjeknya, dengan kata lain objektivitas hukum itu sendiri mengalami kelunturan. Keadilan bukan berarti sama rata, tetapi keadilan seharusnya memberikan hak dan kewajiban sesuai dengan kadar perbuatan pelakunya, bukan siapa akan tetapi apa tindakannya.
Salah satu contoh kebijakan pemerintah yang jauh dari sistem hukum yang berkeadilan yaitu kebijakan tax amnesty. Kebijakan yang baru akhir-akhir ini dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, kembali mempertegas bagaimana hukum di Indonesia masih tumpul ke atas. Bambang Brodjonegoro, Menteri Keuangan Kabinet Kerja periode 2014 – 2016 menyatakan bahwa tujuan awal dari kebijakan tersebut diantaranya untuk meningkatkan penerimaan negara, menarik dana milik warga Negara Indonesia yang ada di luar negeri, serta meningkatkan basis perpajakan, hingga akhirnya dapat berdampak terhadap pertumbuhan nasional. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa pemerintah pada dasarnya menaruh curiga terhadap penghasilan yang selama ini dilaporkan oleh para wajib pajak dan berharap akan meningkatkan penerimaan pajak di tahun berikutnya setelah para wajib pajak melaporkan keseluruhan aset miliknya untuk mendapatkan pengampunan pajak.
Slogan “Orang bijak taat pajak”, mengajak semua wajib pajak untuk menunaikan kewajiban mereka terkait pajak yang seharusnya mereka bayarkan. Akan tetapi, permasalahan ketaatan setiap orang tentu saja berbeda-beda tingkatnya, ada yang melaporkan kekayaan senyata-nyatanya, ada pula yang berusaha menyelundupkan, sehingga dapat memperkecil pajak yang harus ia bayarkan. Tentu saja, apabila kita kembalikan kepada peraturan perundang-undangan terkait perpajakan maka berbagai bentuk kecurangan dalam pajak akan mendapatkan ganjaran sesuai perbuatannya, tak terkecuali wajib pajak yang menyembunyikan kekayaannya, tidak asal menghapus kesalahan mereka selama ini begitu saja.
Berbagai kasus hukum yang terjadi memang seringkali dikotori oleh oknumnya, yaitu pihak-pihak yang dipercaya untuk memutuskan perkara. Lantas, bagaimana dengan sistem hukum yang diberlakukan sekarang? Sayangnya, tidak berbeda buruknya dan masih jauh dari kata keadilan yang diharapkan oleh masyarakat Indonesia.


Kamis, 20 Oktober 2016

Jangan Berhenti Belajar

Di suatu sore, di dalam mobil, dengan setting suasana hujan lebat di luar, Bapak tetap fokus mengendalikan laju kendaraan khawatir apabila anaknya mendapatkan jadwal kereta yang larut malam. Seperti biasa, masih dengan ost.Shalawat Gusdur-Habib Syekh Assegaf, favorit Bapak-Ibuk.

Duh bolo konco prio wanito
 Ojo mung ngaji syare'at bloko
Gur pinter dongeng nulis lan moco
Tembe mburine bakal sangsoro

 Akeh kang apal Qur'an Hadist e
Seneng Ngafirkeh marang liyane
Kafir e dewe Ga' di gatekke
Yen isih koto ati akale

Sudah tidak asing dengan lirik lagu itu, tapi masih sering bertanya "maksud yang kata ini apa Pak? Kalo yang ini? Terus kalo yang itu?" Bapak ngejelasin satu-satu, berlanjut ibuk yang menambahkan, tidak jarang mereka berdebat sendiri mengenai terjemahan yang sesuai ke dalam Bahasa Indonesia. Baiklah..
"Nduk, kamu itu belajar boleh dimana saja, ikut yang sana ya monggo, yang sini ya monggo, yang Bapak ga bolehin ketika kamu berhenti belajar dan udah merasa yang paling benar..." nasihat Bapak memecah keheningan kita dalam hujan.
"Iya Pak..."
"Kamu tahu artinya "belajarlah sampai ke negeri China?" Kalau menurut Bapak, kata itu ngga cuma menyuruh kita untuk belajar jauh sampai ke luar negeri, tapi juga belajar di tempat yang budayanya berbeda dengan kita, bahkan belajar ke orang yang bisa jadi agamanya berbeda dengan kita..."
"Tapi, kadang Shela bingung Pak kalo udah ada beda pendapat, ketika belajar disini katanya ini, yang disana katanya itu, terus yang bener mana Pak?"
" Kamu itu lucu, udah dijelasin sejak jaman Rasul bahwa umat Islam terpecah ke dalam 73 golongan, dan cuma 1 golongan yang masuk surga, siapa? Ahlul Sunnah wal Jamaah, sedangkan semua kan ngakunya sebagai Ahlul sunnah wal Jamaah. Bapak kan bilang jangan pernah berhenti belajar..." lanjut nasihat beliau.
 Oke, "Jangan berhenti belajar!" kalimat yang aku garis bawahi disini.

Kamis, 30 Juni 2016

Cerita Si Anak Bawang

Seberapa menyebalkan diri ini?
Hingga suatu waktu, menganggap dirinya paling menderita
Menuntut orang lain untuk memahaminya

Benarkah diri ini menyebalkan?
Jika hanya berdiam ketika banyak hal yang sudah ia coba memaklumkannya
Menghilang sebentar untuk melupakan apa yang orang lain lakukan

Hahaha, paham apa saya tentang kehidupan? Jika hanya menjadi Si anak bawang 



Minggu, 24 April 2016

Visualisasi Mimpi





Sebuah Mimpi seorang manusia biasa, yang percaya bahwa keterbatasan yang ia miliki tidak akan menjadi penghalang dalam mewujudkan mimpi-mimpi besarnya. 

Sabtu, 23 April 2016

Anak Kecilnya Bapak Ibu



Birrul Walidain, atau lebih akrab dengan kata berbuat baik terhadap orang tua.

Masih ingat dulu, bagaimana Bapak dan Ibu dengan sabarnya mengajarkan ke bocah ini belajar membaca.
"B-A ba T-A ta. dibaca?" tanya Bapak dan Ibu bergantian.
"TATA." jawabku salah sekaligus lantang.

Masih ingat dulu, ketika Bapak dan Ibu menghadapi masalah besar karena usahanya mengalami gulung tikar. Sedangkan aku tetaplah menjadi anak nakal, minta mainan atau apapun harus terpenuhi.
"Bapak tumbas itu... Bapak mau itu juga... yang itu juga?" rengenganku, dan beliau tetap membelikan apa yang ku mau.
" Shel, kamu tahu anak penjual kacang itu? Tadi dia juga minta mainan ke bapaknya, terus apa yang dilakukan bapak anak itu? tanya Bapak kepada ku, aku pun menggeleng karena tidak tahu kelanjutan ceritanya.
"Bapak itu malah mukulin anaknya, udah ga dibeliin mainan terus dipukulin lagi, kasian ya?"
"Iya... Dipukulinnya kaya gimana pak? tanyaku polos. Kemudian, Bapak menaruh tangan kirinya di lenganku, kemudian tangan kanannya untuk mencontohkan pukulan itu. Aku tidak kesakitan sama sekali karena ada penghadang tangan kiri bapak di lenganku.

Masih ingat dulu, ketika aku menangis dimarahi ibu karena setiap hari Senin harus mencarikan topi dan dasi untuk upacara. Ibu ga pernah malu untuk minta maaf karena sudah memarahi anaknya. Padahal, itu karena kesalahanku. Bahkan, tidak jarang ada bonusnya, seperti rencana tamasya di hari minggunya. hehhe

Pernah suatu ketika aku menelpon mereka, hanya untuk mengucapkan "Maaf, Shela sering merepotkan bapak ibu?" Mereka hanya bilang "kalau kamu merepotkan orang lain, justru Bapak Ibu yang repot nduk. Ga boleh kaya gitu, Bapak dan Ibu kerja keras itu buat anak-anaknya, Bapak Ibu bisa nuruti apa yang menjadi kemauan anaknya itu sudah bahagia. Tugas mu nduk, belajar supaya besok bisa jadi anak yang bisa bermanfaat bagi keluarga, masyarakat, bangsa dan negara." ucap ibu menasihati. Mendengar nasihat ibu, semakin menjadi lah tangisanku waktu itu.

Aku dibesarkan dengan kasih sayang bukan berarti aku harus menjadi seorang yang lemah. Melihat lika-liku yang sudah dilewati orangtuaku , telah mengajarkan banyak hal tentang perjuangan dan pengorbanan.

Janjiku kepada mereka, dimana pun kelak aku akan tinggal, anak mu ini akan selalu ada untukmu - bapak ibu, seperti engkau yang tidak pernah menghiraukan waktu hanya untuk menjenguk anakmu yang sudah bukan anak kecil  lagi.
I promise anytime you call me
It don’t matter where I am
I’ll always be there, like you’ve been there
If you need me closer, I’ll be right over
I swear, I swear

Every time that I need you by my side
Every time I lose my way in life
You’re my circle of life, compass and guide
There behind me
And one day when the tables finally turn
And it’s me you’re depending on
I’ll put you first, hold you close 
Like you taught me
Know that I’ll be there for you, for you

Having someone to go to
Having someone to love
Having both is a blessing
That was sent from above
Oh I know that wherever I’ll go
You’ll be forever in my heart
(Harris J- I promise)

Senin, 18 April 2016

Problematika Klasik para Pengemban Misi

Mahasiswa merupakan miniatur dari sebuah pemerintahan.  Keduanya memiliki objek pertanggungjawaban atas amanah yang mereka bawa. Perjuangan hak-hak untuk kepentingan pribadi seharusnya mereka kesampingkan. Namun, siklus pergerakan yang ideal seperti itu apakah masih relevan di era sekarang?
Trias Politika, mengajarkan bagaimana suatu pemerintahan harus melakukan pemisahan kekuasaan, melalui fungsi eksekutif, legislatif dan yudikatif. Hal ini pun diterapkan dalam pergerakan dunia kampus. Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) memegang fungsi eksekutif untuk melaksanakan peraturan yang dibuat oleh lembaga legislatif. Kemudian, Senat Mahasiswa mengemban fungsi legislatif yang memiliki wewenang untuk membuat peraturan serta mengawasi jalannya pemerintahan yang dijalankan BEM. Sedangkan fungsi yudikatif dijalankan oleh Mahkamah Mahasiswa sebagai lembaga yang berwenang dalam ranah peradilan kampus.
Berbicara mengenai pemerintahan dan pergerakan dunia kampus, selain keduanya sama-sama memiliki pembagian kekuasaan yang ideal dalam konteks organisasi. Masing-masing area tersebut pun masih berputar-putar dengan masalah penerapan “good governance” dalam menjalankan setiap aktivitas mereka, khususnya terhadap prinsip transparansi, dan akuntabilitas.
Prinsip transparansi merupakan dasar bagi masyarakat untuk  dapat percaya atau tidak kepada orang-orang pengemban amanah. Hal ini biasanya di dukung dengan adanya sistem informasi yang mudah untuk diakses oleh semua lapisan masyarakat, sehingga masyarakat dapat meninjau aktivitas apa dan sejauh mana aktivitas memberikan manfaat bagi mereka. Di lain sisi perlu diketahui bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya tersusun atas satu lapisan saja, yang memiliki banyak kesamaan, akan tetapi masyarakat Indonesia sangat heterogen, dengan berbagai budaya, suku, ras, dan agama, termasuk dalam konteks standar pengetahuan. Jangankan perbedaan jenjang pendidikan, kesadaran seseorang yang setingkat pun belum tentu sama. Sehingga, prinsip transparansi ini membutuhkan aksi dan reaksi dari kedua belah pihak.
Prinsip kedua yaitu akuntabilitas, prinsip ini memiliki erat kaitan dengan pertanggungjelasan atas penggunaan dana masyarakat dalam membiayai semua aktivitas organisasi. Meskipun kenyataannya terdapat  laporan sebagai pertanggungjelasannya, namun yang menjadi pertanyaan yaitu angka-angka yang tercantum. Apakah, itu benar adanya ataukah hanya rekayasa? Sistem pengendalian internal dalam dua area ini dapat dikategorikan memiliki kemampuan deteksi kecurangan yang rendah, misalnya tindakan mark-up yang sering kali lolos dari kualifikasi. Hal ini sebanding dengan indeks korupsi Indonesia yang rendah, dan tertinggal jauh dari negara-negara di Asia Tenggara lainnya.
Dari beberapa persamaan di atas, ada satu hal perbedaan yang perlu digarisbawahi, mahasiswa bergerak tanpa ada imbalan materi, yang mereka kenal yaitu berjuang, melawan, dan berkorban. Memperjuangkan hak  mereka yang tertindas, melawan siapa saja yang telah bertindak di luar jalur yang sesuai, serta mengkorbankan waktu, energi bahkan materi demi rakyatnya. Berbeda dengan pemerintah yang waktu dan energinya akan diganti dengan fasilitas negara yang sangat luar biasa mewahnya.

Mahasiswa dengan tekad perjuangannya berteriak atas nama rakyat. Tanpa pamrih mengharap balasan. Akankah kelak tergoyah ketika mengemban jabatan di ranah pemerintahan? Melihat mereka yang sekarang di belakang jeruji koruptor, dulu pun pernah satu baris dengan kita, para mahasiswa. 

Minggu, 03 April 2016

I wanna Grow Old With You (#part1)


Video yang menggambarkan kesetian seseorang dalam menjalin hubungan, menerima apa adanya dari pasangan. Terlalu ideal,
Berada di usia transisi, remaja menuju dewasa, salah satu hal yang tergolong ke dalam pembicaraan sensitif yaitu "pernikahan", cet par. Bahkan lucunya, tidak jarang hal itu menjadi leluconan yang di anggap sangat lumrah. 


Siapa pun kita, pernahkah merasakan dag-dig-dug saat berbicara dengan seseorang yang kita kagumi? Bahkan, saat bertemu seolah-olah diangggap takdir telah berpihak pada hatimu, padahal bisa jadi memang karena waktu dan tempat yang telah menjadi patokan dalam schedule harianmu, hahha. Padahal, dalam satu hari bisa jadi kita bertemu dengan ratusan orang, hanya saja ada nama seseorang yang lebih kita ingat dibandingkan nama-nama lainnya. Kalau sudah seperti itu bagaimana jika bukan dia yang akan membersamai waktu tua kita? 

I wanna die lying in your arms
I wanna grow old with you
I wanna be looking in your eyes
I wanna be there for you, sharing everything you do


.
bersambung . . . .



Jumat, 01 April 2016

Usia Telah Berubah



((((20 Tahun)))), belum menjadi manusia yang berarti.

2 April 1996, pertama kali ibuk menahan sakitnya melahirkan, pertama kali bapak mengumandangkan adzan di dekat telinga anaknya, dan mungkin pertama kali pula bapak dan ibu tersenyum dan menangis bahagia yang sebelumnya belum pernah mereka rasakan.


Kutahu kau berharap dalam doamu
 Kutahu kau berjaga dalam langkahku
 Kutahu s'lalu cinta dalam senyummu 
Oh Tuhan, Kau kupinta bahagiakan mereka sepertiku
(Andai, aku telah dewasa, Sherina) 


Rangkaian doa selalu mereka penjatkan, tidak pernah putus hingga kini anak pertamanya telah beranjak dewasa, ketulusan memberi yang tak pernah berharap pemberian kembali.
  
“Alloohummaghfirlii waliwaalidayya war hamhumaa kama rabbayaanii shagiiraa”.

 “Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku diwaktu kecil”.

Kamis, 31 Maret 2016

(Bukan) Sebuah Inspirasi


Biar kurakit pesawatku
Rentangkan pelan dua sayapnya
Nyalakan sumbunya hingga terpercik api menari
Lepaskan pengaitnya relakan pergi ke arah bulan
-Pesawatku, Memes-
          Eittss, jangan tertipu!! Sebait penggalan lirik lagu “Pesawatku” yang dipopulerkan oleh Memes di atas bukan berarti gambaran dari kisahku ini. Hanya saja, merasa sedikit perlu hiburan di tengah-tengah berfikir keras mencari hal yang menginspirasi dari pribadi “remah-remah ciki”, (read : “Shela Nur Widyastuti”).
Hai, Assalamu’alaykum !! Namaku Shela, mahasiswa jurusan Akuntansi di salah satu universitas yang cukup terkenal di Indonesia, sebut saja Universitas Gadjah Mada. Menyandang status mahasiswa ibarat Lubuk Akal Tepian Ilmu, seseorang yang dianggap punya banyak ilmu pengetahuan. Status itu pun bisa menjadi Buah Simalakama,dualisme kondisi yang harus mereka pilih yaitu diam diri karena terlalu menikmati zona nyamannya atau bergerak dan  menjadi bagian dari sebuah perubahan.
Kita berjalan pada jalur yang sama, ada yang telah  berlari,  ada yang sudah berjalan, kemudian ada beberapa yang sedang bersiap sedia. Lantas aku, menertawakan diri sendiri karena masih disibukkan untuk “BERMIMPI” yaitu belajar melangkahkan kaki di jalur ini.
            Pernah mendengar tentang mitos mimpi-mimpi yang bisa menjadi nyata? Percayakah kita? Sebuah pertanyaan retorik sebenarnya jika konteksnya mimpi sebagai bunga tidur. Bagaimana dengan soundtrack film Laskar Pelanggi “ Mimpi adalah kunci, untuk kita menaklukkan dunia, berlarilah tanpa lelah, sampai engkau meraihnya”.  Sebuah gambaran bagaimana besarnya kekuatan mimpi bisa menjadi pelecut semangat kita untuk menggapainya.
.----.
            Takut untuk bermimpi, menjadi pengecut bagi diri sendiri. Sudah pasti, aku pernah merasakannya. Malu tidak tercapai, menghindari ejekan orang lain, atau hanya karena merasa rendah atas mimpi-mimpi yang terlalu tinggi. Semua itu hal yang lumrah dirasakan oleh sebagian besar orang yang tidak menyadari seberapa banyak mimpi-mimpinya yang telah tercapai.
            Hingga suatu titik dalam kekosongan, aku merasa bingung mengenai tujuan, untuk apa aku melakukan hal ini itu? Akankah memberikan manfaat? Ataukah hanya akan sia-sia? Kehidupan seperti mengalir begitu saja. Istilahnya kurang greget. Bangun-kuliah-Rapat-Tidur. Kemudian terulang kembali, dan aku menyadari bahwa aku seonggok daging yang tidak berarti.
.----.
            Di atas secarik kertas gambar ukuran A4, aku menuliskan beberapa harapanku. Kemudian, kertas itu ku tempelkan di dinding kamar kos, setiap menjelang tidur selalu ku pandang setiap barisnya, ku lanjutkan bermunajat kepada-Nya.
            Bukan plagiarisme atas kisah-kisah yang sering kita dengar. Aku membuktikan kisah-kisah sebelumnya. Harapan-harapan itu satu per satu ku coret, karena tercapai lebih cepat dari target. Bahkan melebihi apa yang sudah cukup bagiku.
            Ketika aku mentargetkan mendapatkan “1 beasiswa” dalam bulan yang sama aku mendapat pengumuman jika diterima oleh “2 beasiswa”  sekaligus. Ketika aku menargetkan indeks prestasi semester 3,92 aku mendapatkan lebih dari itu. Serta beberapa perlombaan yang aku tulis akan  mendapatkan juara maka Allah telah mengizinkan hal itu. Dan Dia telah mempermudahkanku untuk mencapai semua itu.  
            Dalam kertas itu aku menuliskan “International Conference”, dengan berbagai keterbatasanku dalam bahasa Inggris yang masih sangat standar, Allah berkehendak jika aku telah lolos menjadi peserta, meskipun hanya ke Jakarta. Akan tetapi, bercampur baur dengan mahasiswa dari berbagai negara telah memberikan pengalaman baru yang sebelumnya sangat jarang aku temui. Bahkan sahabat baru dari Kamboja, namanya Savana.
            Manusia pengejar Fully-Funded.Hingga saat ini, rasanya masih berat mengeluarkan uang pribadi untuk mengudara, naik pesawat. Tertanggal 19 Oktober 2015 merupakan pengalaman pertama kali ku menaiki pesawat. Jujur antusias, buka-buka buku petunjuk keselamatan, nonton film yang disediakan di layar dan tidak berhenti memandangi keindahan bumi pertiwi. Mengudara ke-empat kalinya, aku mendengar panggilan terakhir, berlari kencang dari Gate F ke E di Terminal 2F Bandara Soe-Ta, bahkan Sri Sultan Hamengku X yang seharusnya masuk pesawat terakhir, beliau telah berada di baris depanku. Hal ini menandakan bahwa aku adalah orang terakhir yang ditunggu, lebih tepatnya terlambat. Berbeda lagi dengan penerbangan ku untuk yang ke-enam kalinya, cuaca buruk, beberapa kali pesawat mengalami guncangan, dan pendaratan yang sama sekali tidak mulus. Keenam-enamnya penerbangan tersebut gratis begitu pula dengan fasilitas hotel berbintang lima yang selalu disediakan penyelenggara acara.
            What’s the next chapter?? Ceritaku berada di Negeri Sakura. Sedang berdo’a dan berusaha.
           



Rabu, 30 Maret 2016

INVESTASI MAHASISWA MANDIRI

“Mimpi Sejuta Dolar” Resolusi besar seorang motivator asal Indonesia, Marry Riana, saat ia masih menyandang status mahasiswa. Salah satu cara yang ia pilih untuk mencoba mencapai impian sejuta dolar tersebut yaitu dengan main saham. Meskipun, berakhir dengan kerugian sebesar 10.000 dolar.

Marry Riana, sebagai satu contoh dari sekian juta mahasiswa yang pernah merasakan jatuh bangun dalam dunia pialang saham. Saham tergolong sekuritas yang memiliki risiko relatif tinggi jika dibandingkan sekuritas lainnya. Sinyal hijau dan merah yang menunjukan pergerakkan harga saham sendiri pun tidak semerta-merta menjadi dasar bagi seorang pemegang saham untuk menjual sahamnya atau membeli saham baru, karena bisa jadi kenaikan harga saham diakibatkan aktivitas goreng-menggoreng saham, yang dikatakan sebagai permintaan semu.

Sesuai dengan prinsip high risk high return, tingginya risiko saham berbanding lurus dengan return ekspektasiannya. Oleh karena itu, meski berisiko, saham tetap menjadi primadona bagi risk taker. Tingginya risiko saham bisa diminimalisir melalui diversifikasi saham, yaitu melakukan portofolio atas sekuritas-sekuritas tunggal. Kegiatan ini dapat mengurangi risiko non-sistematis, sehingga risiko total yang akan ditanggung pemegang saham akan berkurang.

Investasi saham bisa menjadi pilihan bagi mahasiswa yang menuntut kemandirian kepada dirinya, tidak menggantungkan diri pada orangtua, serta mengumpulkan pundi-pundi sebagai bekal masa depannya.

Inkubator Aksi Nyata Mahasiswa

Kamu ini bangun pagi, mandi, pamit kerja, pakai seragam, kaki di bungus sepatu, berangkat pagi, pulang sore, bayaran ga seberapa, kerja apa dikerjain? Sebaris kalimat “Nyleneh” yang dikatakan oleh alm. Bob Sadino, namun cukup tepat untuk dipertanyakan.  Sekilas, kalimat tersebut sarat akan sindiran untuk para karyawan yang terikat dengan SOP kantor tempat mereka bekerja.Saat ini, Apakah kita menjadi bagian yang ikut menertawakan ataukah justru yang ditertawakan ketika memahami maksud sindiran tersebut?
Mahasiswa merupakan status paling nyaman untuk disandang. Bahkan, sering kali terjebak di zona nyamannya dan enggan keluar. Padahal, PR besar yang diemban oleh seorang mahasiswa selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yaitu ia harus memiliki kemampuan dari segi hardskill sekaligus segi softskill. Berbagai fasilitas pun disediakan untuk dijadikan inkubator ide kreatif mereka dalam mengembangkan dua sisi kemampuan tersebut.  Salah satu tempat yang paling tepat yaitu dengan menerjunkan mahasiswa ke permasalahan aktual yang akan mereka hadapi paska kampus, yaitu melalui membangun wirausaha atau saat ini lebih akrab kita sebut sebagai startup.
Sebagai contohnya, Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Kibar merintis sebuah program berupa pendampingan kepada mahasiswa yang berkeinginan untuk mendirikan bisnis baru. Program ini dinamai sebagai “Innovative Academy”. Tujuan dari program ini yaitu pemberdayan generasi muda untuk mencipkan pengusaha-pengusaha yang nantinya akan berkontribusi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik. Orientasi dari setiap bisnis yang dibangun pun tidak hanya pada keuntungan pribadi saja, akan tetapi bagaimana bisnis tersebut bisa berdampak positif terhadap masyarakat sekitar. Beberapa start-up yang merupakan output dari program ini antara lain : Calova, Hipstime, Galanggo, Lunasin,Barbekos, dan lain sebagainya.
Bahkan beberapa startup di atas murni berfokus pada tujuan sosial, misalnya Galanggo yang merupakan sebuat aplikasi crowd funding untuk orang-orang berkebutuhan khusus, Galanggo bertujuan untuk memfasilitasi para pengguna aplikasi ini turut serta menciptakan pengaruh dari sebuah proyek sosial. Sedangkan Baberkos yaitu tempat penyedia berbagai kebutuhan kos. Target dari bisnis ini yaitu mahasiswa baru yang hendak membeli peralatan kos serta fresh graduate yang hendak menjual barang bekas miliknya.  
Bisnis startup di atas, semuanya menggunakan platform online. Pemanfaatan media internet ini menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan dari bisnis startup. Hal ini terkait dengan potensi e-commerce yang masih besar untuk dikembangkan di Indonesia, karena masih banyak ranah e-commerce yang belum digali lebih luas. Bahkan, jumlah e-commerce hanya sekitar 1% dari total industri retail. Sehingga, kombinasi antara startup dengan nilai-nilai kreativitas mahasiswa dan e-commerce yang tidak asing bagi generasi muda saat ini, akan menjadi kolaborasi yang menjajikan bagi keberlanjutan bisnis ini.

Terjadinya pergeseran budaya di kalangan mahasiswa, dimana pada tempo dulu dengan cara aksi turun ke jalan dan sekarang menjadi melakukan aksi nyata dengan cara menuangkan kreativitas ke dalam berbagai bisnis start-up. Namun, baik dulu maupun sekarang, idealisme mahasiswa tetap satu yaitu “seberapa besar dampak aksi kita ke masyarakat luas”.

Tulisan pertamaku, dan terbit di Sindo Poros Mahasiswa, Tertanggal : 15 Maret 2016