Rabu, 30 Maret 2016

Inkubator Aksi Nyata Mahasiswa

Kamu ini bangun pagi, mandi, pamit kerja, pakai seragam, kaki di bungus sepatu, berangkat pagi, pulang sore, bayaran ga seberapa, kerja apa dikerjain? Sebaris kalimat “Nyleneh” yang dikatakan oleh alm. Bob Sadino, namun cukup tepat untuk dipertanyakan.  Sekilas, kalimat tersebut sarat akan sindiran untuk para karyawan yang terikat dengan SOP kantor tempat mereka bekerja.Saat ini, Apakah kita menjadi bagian yang ikut menertawakan ataukah justru yang ditertawakan ketika memahami maksud sindiran tersebut?
Mahasiswa merupakan status paling nyaman untuk disandang. Bahkan, sering kali terjebak di zona nyamannya dan enggan keluar. Padahal, PR besar yang diemban oleh seorang mahasiswa selama mengenyam pendidikan di perguruan tinggi yaitu ia harus memiliki kemampuan dari segi hardskill sekaligus segi softskill. Berbagai fasilitas pun disediakan untuk dijadikan inkubator ide kreatif mereka dalam mengembangkan dua sisi kemampuan tersebut.  Salah satu tempat yang paling tepat yaitu dengan menerjunkan mahasiswa ke permasalahan aktual yang akan mereka hadapi paska kampus, yaitu melalui membangun wirausaha atau saat ini lebih akrab kita sebut sebagai startup.
Sebagai contohnya, Universitas Gadjah Mada bekerja sama dengan Kibar merintis sebuah program berupa pendampingan kepada mahasiswa yang berkeinginan untuk mendirikan bisnis baru. Program ini dinamai sebagai “Innovative Academy”. Tujuan dari program ini yaitu pemberdayan generasi muda untuk mencipkan pengusaha-pengusaha yang nantinya akan berkontribusi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik. Orientasi dari setiap bisnis yang dibangun pun tidak hanya pada keuntungan pribadi saja, akan tetapi bagaimana bisnis tersebut bisa berdampak positif terhadap masyarakat sekitar. Beberapa start-up yang merupakan output dari program ini antara lain : Calova, Hipstime, Galanggo, Lunasin,Barbekos, dan lain sebagainya.
Bahkan beberapa startup di atas murni berfokus pada tujuan sosial, misalnya Galanggo yang merupakan sebuat aplikasi crowd funding untuk orang-orang berkebutuhan khusus, Galanggo bertujuan untuk memfasilitasi para pengguna aplikasi ini turut serta menciptakan pengaruh dari sebuah proyek sosial. Sedangkan Baberkos yaitu tempat penyedia berbagai kebutuhan kos. Target dari bisnis ini yaitu mahasiswa baru yang hendak membeli peralatan kos serta fresh graduate yang hendak menjual barang bekas miliknya.  
Bisnis startup di atas, semuanya menggunakan platform online. Pemanfaatan media internet ini menjadi peluang untuk meningkatkan pertumbuhan dari bisnis startup. Hal ini terkait dengan potensi e-commerce yang masih besar untuk dikembangkan di Indonesia, karena masih banyak ranah e-commerce yang belum digali lebih luas. Bahkan, jumlah e-commerce hanya sekitar 1% dari total industri retail. Sehingga, kombinasi antara startup dengan nilai-nilai kreativitas mahasiswa dan e-commerce yang tidak asing bagi generasi muda saat ini, akan menjadi kolaborasi yang menjajikan bagi keberlanjutan bisnis ini.

Terjadinya pergeseran budaya di kalangan mahasiswa, dimana pada tempo dulu dengan cara aksi turun ke jalan dan sekarang menjadi melakukan aksi nyata dengan cara menuangkan kreativitas ke dalam berbagai bisnis start-up. Namun, baik dulu maupun sekarang, idealisme mahasiswa tetap satu yaitu “seberapa besar dampak aksi kita ke masyarakat luas”.

Tulisan pertamaku, dan terbit di Sindo Poros Mahasiswa, Tertanggal : 15 Maret 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar